Kamis, 30 Mei 2013

Mabuk Api


(1) Lalu kita mabuk api. Dan kita telanjang.
Bercinta dalam kelambu kepul asap dan jeruji dusta
yang pada celahnya kita mengintai kecemasan kita sendiri.

(2) Lalu kita mabuk api. Dan kau menangis.
Lantaran sia-sia memadamkan api dengan airmata
yang membuat kita kian rekat dengan kobarnya.

(3) Lalu kita mabuk api. Dan kita menemukan cinta
yang disembunyikan dalam lipatan-lipatan sejarah tuhan
dan mengadon doa-doa seperti kue pelangi.

(4) Lalu kita mabuk api. Dan kita membiarkan api
membakar mabuk kita hingga moksa dan bersekongkol
dalam jerat yang selalu gagal kita dustakan.

Serpong, Mei 2013

Perempuan Bergaun Api


Datang aku padamu menyelinap lewat gerbang matahari.
Kau memeluk tubuhku yang terbakar dengan kobaran tubuhmu.
: api merayap melahap selendang dan menghanguskan airmata.

Lidah-lidahnya menjilati perut selingkar demi selingkar,
Memanjat ke puncak tengadah melalui celah luka dada
yang ditikam sepi bertahun-tahun.

tak ingin kutanggalkan gaun apiku,
: aku mau terus menyala.


kau tak mesti hangus dibakar airmata,
: biarkan nyalaku bertapa dalam dirimu.

Serpong, Mei 2013